expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

September 30, 2019

Spirited Away

Spirited Away atau Sen to Chihiro no Kamikakushi (千と千尋の神隠し, "Penculikan Ajaib Sen dan Chihiro") adalah sebuah flim tahun 2001 yang disutradarai sutradara anime dan mangaka Jepang Hayao Miyazaki yang dibuat di Studio Ghibli.Spirited Away dirilis di Jepang pada Juli 2001, menarik penonton sebanyak sekitar 23 juta dan meraup pendapatan sebesar 30 miliar yen, mengalahkan Titanic untuk menjadi film tersukses dalam sejarah Jepang. Film ini memenangkan penghargaan Oscar pada tahun 2002 dalam kategori Film Animasi Terbaik dan menjadi anime pertama yang meraih penghargaan dalam kategori tersebut. Film ini juga memenangi Penghargaan Beruang Emas pada Pesta Film Internasional Berlin 2002.



Chihiro adalah gadis berusia sepuluh tahun yang pindah ke kota lain bersama orang tuanya. Dia tidak begitu senang dengan rencana kepindahan tersebut dan hanya mempertimbangkan bagaimana rencana tersebut memengaruhi dirinya, mengeluh tentang semuanya termasuk sekolah barunya sampai buket bunga yang telah diberikannya kepada teman-temannya sebagai hadiah.

Ketika sedang mencari rute yang lebih dekat ke rumah baru mereka, Ayah Chihiro mengendara ke jalan kecil yang berakhir ke bangunan misterius. Orang tua Chihiro penasaran dan masuk melewatigerbang yang gelap dari bangunan tersebut. Di sisi lain, mereka menemukan apa yang mereka asumsikan sebagai taman bermain yang sudah ditinggalkan, yang nantinya disingkap bahwa tempat itu sebenarnya perbatasan antara dunia arwah dan dunia manusia. 

Ketika berjalan menyusuri bantaran sungai, Mencium bau makanan dan mengikuti aromanya melewati lembah berrumput ke desa kecil yang penuh dengan restoran. Walaupun restoran tersebut sepertinya kosong, mejanya penuh dengan makanan. Orang tua Chihiro memakan makanan tersebut, tetapi Chihiro tidak ikut masuk karena takut pemilik makanan tersebut akan marah dan menangkap mereka. Ketika mereka menawarkan makanan, dia menolak dan lari. Makanan tersebut nantinya akan menjadi akar masalah yang membuat orang tua Chihiro berubah menjadi babi. Chihiro kemudia melihat sebuah jembatan yang menuju sebuah tempat pemandian umum yang besar. Sebelum sampai, seorang anak lelaki bernama Haku, mendekatinya dan memperingati dirinya untuk pergi sebelum matahari terbenam. Saat itu juga, langit mulai gelap dan lampu di pemandian tersebut dinyalakan. Haku memberitahu Chihiro untuk menyeberangi sungai secepat mungkin sementara dia akan mengalihkan perhatian lainnya. 

Chihiro berlari kembali ke restoran dimana orang tuanya makan dan menemukan bahwa mereka telah berubah menjadi babi. Dia sangat ketakutan dan mencoba kembali ke mobilnya. Dia dihentikan di tengah jalan karena melihat padang rumput yang telah dilewati sebelumnya telah tenggelam di bawah air. 

Chihiro semakin bingung ketika dia menjadi transparan. Haku menemukannya dan memberinya makanan dari dunia arwah, sehingga dia tidak lagi menghilang. Dia membantu Chihiro untuk menyelinap masuk ke pemandian umum, yang dimiliki oleh seorang penyihir bernama Yubaba. Haku memberi tahu Chihiro bahwa satu-satunya cara agar dia hidup selamat di dunia arwah adalah dengan bekerja di pemandian umum untuk menyelamatkan orang tuanya. 

Chihiro menuruti nasihat Haku dan menuju ke ruangan pemanas dan meminta Kamaji, seorang pekerja pemanas air untuk sebuah pekerjaan. Dia menolak Chihiro sampai salah seorang pegawainya jatuh di batubara. Chihiro mengambil batu bara tersebut dan menaruhnya di pemanas air. Walaupun batubara tersebut sangat berat, dia bisa menuntaskan pekerjaannya. kamaji sangat puas dan memutuskan untuk membantu Chihiro menemukan sebuah pekerjaan dengan meminta seorang gadis bernama Rin (Lin) untuk membawa Chihiro ke Yubaba. 

Chihiro menemukan Yubaba yang berpenampilan regal tetapi mengerikan. Chihiro meminta izin untuk berkerja, mengindahkan penolakan berulang oleh Yubaba. yubaba kemudian menerima, dalam syarat Chihiro memberikan namanya ke Yubaba. Penyihir tersebut mengambil kendali nama Chihiro, menaruh tanda tangan dalam kontrak dan hanya menaruh salah satu karakter nama Chihiro di kertas kontrak. Karakter kanji dengan salah satu goresan dihilangkan dibaca "Sen." Sekarang dikenal sebagai Sen, Chihiro ditugaskan menjadi asisten Lin.

Pagi berikutnya, Haku menunjukkan Sen bahwa orang tuanya di dalam kandang bersama babi-babi lainnya. Haku memberi Sen baju lamanya dan kartu dari bingkisan selamat tinggal dan bunga. Sen membaca kartunya dan mengingat namanya, sekali mereka melupakan namanya, sama seperti Haku melupakan namanya sendiri, maka akan dimiliki oleh Yubaba. 

Sen mendapat kesulitan dalam menyesuaikan diri pada kehidupan barunya tetapi memenangkan rasa hormat dengan membantu pelanggan yang menyusahkan, sebuah "arwah bau" yang mengerikan dan menyeramkan. Sen membantu membersihkan arwah bau dan mengetahui bahwa dia adalah arwah sungai yang kuat dan kaya raya, yang terpolusi. Sen berhasil dalam tugas dengan bantuan dari roh misterius yang mirip arwah gentayangan yang dipanggil No Face (Kaonashi), yang tertarik dengannya karena kebaikannya pada masa lalu.

Pemandian tersebut mengeluarkan monster ke No Face. memungkinkannya untuk memberi lumpur terlihat seperti emas, dia melayani rasa tamak para pegawai pemandian. Dia lalu menjadi liar dan memakan semua yang ada dalam jarak pandangnya, termasuk tiga pegawai pemandian. 

Sementara No Face berubah menjadi monster yang tidak pernah kenyang, Haku kembali ke pemandian dengan bentuk naga, dikejar dan diserang oleh sekumpulan besar burung kirigami (kertas) sihir. Terluka parah, dia menemukan jalan ke kanor Yubaba. Sen mengenali naga tersebut sebagai Haku dan pergi melihatnya, tidak sadar kalau dia diikuti oleh salah satu burung kertas.

Ketika mencari Haku, Sen bertemu dengan bayi Yubaba bernama Boh, yang ingin bermain dengannya. Sen melarikan diri darinya dan melihat pelayan Yubaba, tiga kepala tanpa badan yang dipanggil Kashira, mencoba mendorong Haku hingga jatuh. Burung kertas yang mengikuti Sen berubah menjadi Zeniba (saudari kembar Yubaba), yang mengejar Haku karena dia mencuri segelnya. Sebuah mantra dipasang dalam segel itu sehingga siapapun yang mencurinya akan mati. 

Zeniba mengubah sang bayi menjadi tikus, pelayan harpy Yubaba menjadi burung kecil, dan tiga kepala melayang menjadi mirip Boh, untuk mengolok-olok Yubaba. Haku memotong kertasnya menjadi dua dengan ekornya, yang menyebabkan kehadiran Zeniba menghilang. Dia lalu jatuh ke perapian, membawa serta Sen, tetapi mereka selamat mendarat di ruangan pemanas. Sen memberi makan Haku kue herbal dari Roh Sungai, yang menyebabkan dia memuntahkan segel yang telah dicuri. Dalam segel ada siput hitam, yang dihancurkan Sen karena perintah Kamaji. Dia membantu Haku dengan mengembalikan segel Zeniba dan meminta maaf atas namanya. Kamaji memberi Sen tiket kereta dan memberi tahu bagaimana cara menuju tempat Zeniba.

Sebelum pergi, Sen kembali ke pemandian untuk menemui No Face, yang memanggilnya dalam kemarahannya. Dia memberinya makan dari sisa kue herbal roh sungai, yang menyebabkan dia memuntahkan semua makanan dan tiga pegawai pemandian yang sudah dimakannya. Kerakusannya telah tersembuhkan ketika dia mengikuti Sen keluar. Sen dan No Face, ditemani oleh Boh dan pelayan terbang Yubaba, menaiki kereta untuk pergi ke rumah Zeniba di dasar Rawa.

Di pemandian, Haku sudah memulihkan diri dari cederanya. Ketika Yubaba mengetahui anaknya, Boh, telah hilang, dia murka. Haku meminta perjanjian dengannya untuk mengambil kembali bayinya, dan balasannya, dia meminta Yubaba mengirim Sen dan kedua orang tuanya kembali ke dunia manusia. Yubaba setuju, dengan satu syarat: Chihiro harus mengenali orang tuanya di antara babi-babi yang lain.

Di pondokan Zeniba, Sen mengetahui kalau siput hitam yang dihancurkannya ditaruh di dalam Haku oleh Yubaba, dan memungkinkannya untuk mengontrol Haku. Zeniba memberi tahu Sen kalau mantra tersebut hanya akan hancur oleh cinta.

Haku dalam bentuk naganya, menemukan Sen di tempat pondokan Zeniba. Zeniba memaafkannya karena telah mencuri segel miliknya dan mengundang No Face untuk tinggal bersamanya. Haku membawa Sen kembali ke pemandian, dan ketika berlalu di angkasa, Chihiro ingat pernah bertemu Haku sebelumnya: ketika dia masih kecil, dia tenggelam di sungai dan terselamatkan karena dibawa oleh ombak ke pinggiran. Dia diselamatkan oleh Haku, yang merupakan roh dari sungai Kohaku. Dia lalu memberitahu kalau nama asli Haku adalah Kohaku, sehingga membebaskannya dari sihir yubaba. Dia dan Chihiro lalu saling menyukai satu sama lain.

Di pemandian, Chihiro harus menyelesaikan satu tugas terakhir untuk membebaskan orang tuanya: dia harus memilih mereka dari sekumpulan babi. Dengan keberanian yang meluap dia menerima tantangan tersebut dan menjawab pertanyaan dengan benar, yaitu tidak ada satupun dari babi itu merupakan orang tuanya. Mereka lalu dibolehkan untuk kembali ke dunia manusia karena menjawab dengan benar. Haku meninggalkan Chihiro tetapi berjanji kalau mereka akan bertemu lagi lain waktu.

Pengisi Suara dari 
Spirited Away




REVIEW FILM SPIRITED AWAY

Film ini memberikan banyak pesan moral kepada penontonnya. Perjuangan Chihiro menyelamatkan kedua orangtuanya mampu mengubah kebiasaan lamanya yaitu penakut dan manja menjadi seorang yang berani, mandiri, bekerja keras dan pantang menyerah. Film ini juga mengajarkan kepada kita untuk tidak membiarkan keserahakan menguasai diri kita dan selalu membantu orang disekitar kita. Jika kita berbuat baik kepada orang lain, maka akan ada kebaikan lain yang menghampiri kita. Dewa sungai yang mandi ke tempat pemandian Yubaba, menegor manusia untuk menjaga keseimbangan alam dengan tidak membuang sampah sembarangan khusunya ke sungai.

Unsur fantasi dalam film ini sangat luar biasa. Bentuk, ukuran dan warna dari tokoh-tokoh pengisi dalam film ini sangat hidup dan menarik perhatian. Karakter dalam film ini disesuaikan dengan penampilan tokohnya. Background dalam film ini terlihat seperti nyata, perpaduan warna yang tepat mirip dengan keadaan di dunia nyata. Alunan musik yang menjadi backsound dari film ini membuat penonton makin menikmati film ini.

 by Sulisdnp.xyz

September 19, 2019

Wolf Children


Wolf Children (Jepang: ep Hepburn: amikami Kodomo no Ame to Yuki, lit. "Wolf Children Ame and Yuki") adalah film anime Jepang 2012 yang disutradarai dan ditulis oleh Mamoru Hosoda.   Film ini dibintangi oleh pengisi suara-suara Aoi Miyazaki, Takao Osawa dan Haru Kuroki. Kisah ini mengikuti seorang ibu muda yang dibiarkan membesarkan dua anak setengah manusia setengah serigala, Ame dan Yuki, setelah ayah manusia serigala mereka meninggal.

Untuk membuat film, sutradara Hosoda mendirikan Studio Chizu, yang ikut memproduksi film ini dengan Madhouse. Yoshiyuki Sadamoto, perancang karakter untuk Nadia: The Secret of Blue Water (1990) dan Neon Genesis Evangelion (1995), merancang karakter untuk film tersebut. Wolf Children melakukan premier dunianya di Paris pada 25 Juni 2012, dan dirilis secara teatrikal pada 21 Juli 2012 di Jepang. Ini dilisensikan oleh Funimation Entertainment di Amerika Utara dan dirilis dalam bentuk DVD dan Blu-ray pada tanggal 23 November 2013. Itu diputar di Inggris pada akhir Oktober 2013 dengan DVD dan edisi Deluxe Blu-ray / DVD dari Manga Entertainment berikut pada tanggal 23 Desember 2013.


Pengisi Suara Wolf Children.

PLOT – Alur Cerita 
Di Tokyo, Jepang, mahasiswa Hana jatuh cinta dengan seorang pria yang penuh teka-teki. Suatu malam, pria itu mengungkapkan bahwa ia dapat berubah menjadi serigala, dan mereka kemudian memiliki dua anak serigala: seorang putri, Yuki, setahun kemudian seorang putra, Ame. Segera setelah itu, ayah mereka terbunuh dalam kecelakaan saat berburu makanan untuk anak-anak.

Kehidupan Hana sebagai ibu tunggal sangat sulit, Yuki dan Ame terus-menerus beralih antara bentuk manusia dan serigala mereka, dan Hana harus menyembunyikan mereka dari dunia. Setelah dia menerima keluhan kebisingan dan kunjungan dari pekerja sosial yang khawatir bahwa anak-anak belum mendapatkan vaksinasi, Hana memindahkan keluarga ke pedesaan menjauh dari tetangga yang ikut campur. Dia bekerja keras untuk memperbaiki rumah yang bobrok, tetapi berjuang untuk mempertahankan keluarga dengan hasil panen mereka sendiri. Dengan bantuan seorang lelaki tua yang keras bernama Nirasaki, ia belajar bertani dengan cukup, dan ia berteman dengan beberapa penduduk setempat.

Suatu hari musim dingin, Ame hampir tenggelam di sungai setelah mencoba berburu Kingfisher(Sejenis Burung Bangao), untung ada Yuki menyelamatkannya, dan Ame menjadi lebih percaya diri pada kemampuannya sebagai serigala. Yuki memohon pada ibunya untuk membiarkannya pergi ke sekolah seperti anak-anak lainnya. Hana menerima dengan syarat bahwa Yuki merahasiakan sifat serigalanya. Meskipun teman sekelas Yuki menemukannya sesuatu yang aneh pada awalnya, dia segera berteman. Namun, Ame lebih tertarik pada hutan dan mengambil pelajaran dari rubah tua tentang bertahan hidup di alam liar.

Di kelas empat, kelas Yuki menerima siswa pindahan baru, Souhei, yang menyadari ada sesuatu yang aneh tentang dirinya. Ketika dia mengejarnya, Yuki menjadi marah, berubah menjadi serigala, dan secara tidak sengaja melukainya, meninggalkan bekas luka di telinganya. Pada pertemuan dengan orang tua dan guru-guru mereka, Souhei memberi tahu mereka serigala menyerangnya, membebaskan Yuki dari kesalahan. Keduanya menjadi teman.

Yuki dan Ame memperebutkan apakah mereka manusia atau serigala. Dua tahun kemudian, badai dahsyat berkumpul dan sekolah Yuki dikeluarkan lebih awal. Ketika Hana akan pergi untuk menjemputnya, Ame menghilang ke hutan untuk membantu guru rubahnya yang sekarat, jadi dia mengikutinya. Anak-anak lain dijemput dari sekolah oleh orang tua mereka, meninggalkan Yuki dan Souhei sendirian. Setelah berjalan-jalan di sekolah dan merenungkan masa depan mereka, Yuki menunjukkan Souhei bahwa dia dapat berubah menjadi serigala dan bahwa sebenarnya dia yang menyerangnya. Dia mengatakan padanya bahwa dia sudah tahu, dan berjanji untuk merahasiakannya.

Saat Hana mencari Ame di hutan, ia terpeleset dan jatuh pingsan. Sementara tidak sadar, Hana melihat visi ayah anak-anak, yang mengatakan kepadanya bahwa Yuki dan Ame akan menemukan jalan mereka sendiri dalam kehidupan, dan bahwa dia membesarkan mereka dengan baik. Ame menemukan Hana dan membawanya ke tempat yang aman. Dia bangun untuk melihat Ame sepenuhnya berubah menjadi serigala dan lari ke pegunungan. Dia menyadari bahwa dia telah menemukan jalannya sendiri dan dengan senang hati tetapi menangis menerima perpisahannya.

Satu tahun kemudian, Yuki meninggalkan rumah untuk pindah ke asrama SMP. Lolongan serigala Ame terdengar jauh di hutan. Hana, yang tinggal sendirian di rumah, mencerminkan bahwa membesarkan anak-anak serigalanya seperti dongeng, dan merasa bangga telah membesarkan mereka dengan baik.



September 8, 2019

Cerita bawang merah bawang putih dalam bahasa inggris dan terjemahannya


Bawang Merah Bawang Putih
Once upon a time, there lived a beautiful and kind girl named Bawang Putih. Bawang Putih lived along with his father that she loved so much in a village, somewhere in Yogyakarta. Bawang Putih biological mother was long dead as a result of serious illness that she suffered. Bawang Putih lived in a very modest family, his father was only small traders. Even though, they were always grateful for the blessings that had given by God.

Since she was abandoned by his mother, Bawang Putih felt very lonely, moreover, if her father went to the market to trade all day. Having the same feeling as his daughter, her father intends to marry Mbok Rondo, a widow with one daughter who lived with in the same village. Her father hoped that Bawang Putih would no longer felt lonely because there would be someone accompanied her at home. As a wise father, he asked Bawang Putih about his plan.

Bawang Putih understood his father's intentions. She also felt the presence of Mbok Rondo in the family would make the atmosphere livelier and would make her not to feel lonely anymore. Moreover, Mbok Rondo had a daughter named Bawang Merah who was the same age as Bawang Putih. With these considerations, Bawang Putih approved her father request to marry Mbok Rondo.

After marriage, Mbok Rondo and her daughter, Bawang Merah, lived together with Bawang Putih and herfather. Initially, Mbok Rondo and Bawang Merah were very nice to Bawang Putih. However, after time went by, their true nature began to appear. When her father went to trades, Mbok Rondo and Bawang Merah often scolded and told Bawang Putih to do heavy work such as cleaning the house, washing, and cooking. All those heavy works were done by Bawang Putih, while Mbok Rondo and Bawang Merah just sat and relaxed.

Bawang Putih was afraid tell her father what was done by her step-mother and step-sister. That was because the last few months her father had fallen ill. Bawang Putih did not want to make her father worried which would make the condition worse. What Bawang Putih was feared, happened. Her father whom he loved so much died from illness which he suffered. Since then, Bawang Putih’s life was even more miserable. Bawang Putih’s step-mother and step-sister now had control of everything. They treated Bawang Putih worse than before. In fact, Mbok Rondo did not hesitate to slap Bawang Putih if she made mistakes in doing all the houseworks.

One morning, after cleaning the house, Bawang Putih went to the river to wash a basket full of Mbok Rondo and Bawang Merah’s dirty clothes. One by one, the dirty clothes were washed. Bawang Putih was surprised when one of the clothes drifted along the river stream. She then figured it out that the clothes was Mbok Rondo’s favorite scarf. Bawagn Putih could not reach the scarf. The stream took it away faster that she thought. Her step-mother would be very angry to know that her favorite scarf was gone. However, Bawang Putih needed to tell her.

Obviously, Rondo Mbok was very angry to hear her favorite scarf was washed away in the river. Mbok Rondo did not hesitate to slap Bawang Putih on these indiscretions. Bawang Putih was also threatened evicted from their homes if she could not find the scarf. Rushing, Bawang Putih went straight down the river to look for the clothes. Bawang Putih asked everyone she met, but they did not see any clothes washed away in the river. Later that afternoon, Bawang Putih still walked down the riverbank hope she could find the clothes.

After several hours of walking, she met an old lady who was washing rice in the river. Initially, Bawang Putih was afraid to ask the old lady about the clothes she looked for. It was because her performance which was very creepy. However, Bawang Putih needed to find the scarf. She found no other options except asking it to the old lady.

"Sorry grandma, Did you see any clothes washed away in this river?" Bawang Putih asked.

"Mmmm .. clothes? Is it the scarf with rose’s motif?" The creepy old lady asked.

"Yes .. yes .. Grandma. It's the scarf I was looking for." Answered Bawang Putih happyly.

“Come to my house, dear. It’s getting dark. Come.. come.." The old lady invited.

Bawang Putih was nodded her head and went to the old lady’s house not far from the river. Bawang Putih was surprised seeing the house was very dirty and messy. She then decided to stay a few days with the old lady to do the daily works. Diligently, Bawang Putih cleaned house, washed the old lady’s clothes and even cooked for her. The old lady was happy, there was still someone who wanted to help her. After a few days passed, Bawang Putih decided to go home afraid of her stepmother got angrier.

"Granny, I do really want to stay longer here, but I need to go home. I need to bring back this scarf to my stepmother. I am afraid she is angry." Bawang Putih said.

"Well dear, I understand. Because you have been really good to help me here, please take one of these yellow pumpkins as a gift." Asked the old lady.

Initially, Bawang Putih wanted to refuse that the old lady offered because Bawang Putih thought the pumpkins were the stored food. However, It was not good to reject someone’s gift. Bawang Putih then accepted it and took the smallest pumpkin out of the two. She then said good bye to the old lady and went home.

Arriving at home, Bawang Putih also gave the scarf to Mbok Rondo. Mbok Rondo was still angry. Perhaps, it was because Bawang Putih did not return for several days. The stepmother was immediately sent her to the kitchen to prepare food. Remembered the pumpkin she got from the old lady, Bawang Putih planned to cook the pumpkin. Bawang Putih was surprised when she spilt the pumpkin a half.  Bawang Putting found gold, diamonds, and gems inside the pumpkin. Mbok Rono and Bawang Merah who saw the incident immediately forcibly seize jewelry in the hands of Bawang Putih.

"Hey, Bawang Putih! Tell me where you get this much jewelry!" Mbok Rondo asked.

Bawang Putih told everything to Mbok Rondo and Bawang Merah. Hearing the story, Mbok Rondo asked Bawang Merah to do the same thing with Bawang Putih. In the next day, Bawang Merah went to the old lady’s house at the edge of the river. Similar with Bawang Putih, Bawang Merah was asked to accompany the old lady for a week. Unlike Bawang Putih who worked diligently, Bawang Merah was just lazing around. If she did something, the results were never good because Bawang Merah did it not suriously. Finally, after a week, Bawang Merah asked for leaving.

"Hey old lady, I have helped you. I want to go home now. Can you give me the big yellow pumpkin over there as a gift of helping you." Asked Bawang Merah.

The old lady then gave the pumpkin to Bawang Merah as she wanted. Quickly  she took it and without saying good bye, Bawang Merah left and went home. When she arrived at home, Bawang Merah immediately showed the pumpkin to her mother. They were so happy. Immediately, they cut the pumpkin a half hoping there were more jewelries found in this pumpkin than in the previous one. They were very surprised; there were no gold, no diamond, nor gems. Instead, venomous animals such as snakes and scorpions sprouted out from the inside. The animals attacked them with no mercy to death.

Finally, Bawang Putih managed to get back all the gold, diamonds and gems that had been taken by Mbok Rondo. Bawang Putih used those jewelries to make a living. Bawang Putih at the end lived happily ever after.

Moral of the story: If you decided to help someone, help them with all you heart.

Terjemahan:
Bawang Merah dan Bawang Putih

Dikisahkan, hiduplah seorang anak gadis cantik nan baik bernama Bawang Putih. Bawang Putih tinggal berdua dengan ayahnya yang sangat dia cintai di sebuah desa di daerah Yogyakarta. Ibu kandung Bawang Putih sudah lama meninggal akibat sakit keras yang dideritanya. Bawang Putih hidup di keluarga yang sangat sederhana, ayahnya hanya pedagang kecil. Walupun begitu mereka selalu bersyukur atas nikmat yang dikaruniahkan oleh Tuhan tersebut.

Semenjak ditinggal oleh Ibunya, Bawang Putih merasa sangat kesepian. Apalagi jika ayahnya pergi ke pasar seharian untuk berdagang. Melihat kondisi Bawang Putih yang seperti itu, Ayahnya berniat untuk mempersunting Mbok Rondo, seorang janda dengan satu anak gadis yang hidup satu desa dengannya. Ayahnya berharap dengan menikahi Mbok Rondo, Bawang Putih tidak lagi kesepian karena ada yang menemaninya di rumah. Namun, ayah Bawang Putih tidak serta merta langsung menikahinya. Sebagai ayah yang bijak, dia meminta pertimbangan Bawang Putih tentang rencananya tersebut.

Bawang Putih mengerti maksud ayahnya tersebut. Dia pun merasa kehadiran Mbok Rondo dalam keluarganya akan membuat suasana semakin ramai dan akan membuat dia tidak merasakan kesepian lagi. Apalagi, Mbok Rondo memilki seorang anak gadis yang bernama Bawang Merah, yang umurnya tidak jauh dari Bawang Putih. Dengan pertimbangan tersebut, Bawang Putih menyetujui permintaan ayahnya untuk menikah dengan Mbok Rondo.

Setelah menikah, Mbok Rondo dan anak gadisnya, Bawang Merah, tinggal bersama dengan Bawang Putih dan ayahnya. Awalnya, Mbok Rondo dan Bawagn Merah bersikap sangat baik dengan Bawang Putih. Namun, setelah beberapa lama, sifat asli mereka beruda mulai terlihat. Ketika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang, Mbok Rondo dan Bawang Merah kerap memarahi Bawang Putih dan menyuruhnya untuk melakukan pekerjaan berat dengan mengerjakan semua pekerjaan rumah dari mulai bersih-bersih, mencuci dan memasak. Sedangkan Mbok Rondo dan Bawang Merah hanya bermalas-malasan saja.

Bawang Putih tidak berani menceritakan apa yang dilakukan oleh ibu dan saudari tirinya tersebut ke ayahnya. Hal itu dikarenakan beberapa bulan terakhir ayahnya sering jatuh sakit. Bawang Putih tidak ingin membuat khawatir ayahnya yang akan membuat kondisinya semakin buruk. Apa yang dikhawatirkan Bawang Putih pun terjadi, ayah yang sangat dia cintai meninggal dunia karena sakit yang dia derita. Sejak saat itu, kehidupan Bawang Putih semakin menyedihkan. Ibu tiri dan saudara tiri Bawang Putih sekarang mengendalikan semuanya. Bahkan, Mbok Rondo tidak segan-segan menampar Bawang Putih jika dia melakukan kesalahan saat mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Suatu pagi, usai bersih-bersih rumah, Bawang Putih pergi ke sungai untuk mencuci satu keranjang penuh pakian kotor Mbok Rondo dan Bawang Merah. Satu per satu, pakain kontor tersebut dia cuci dengan bersih. Alangkah terkejutnya Bawang Putih ketika salah satu pakaian kotor tersebut hayut terbawa arus sungai. Pakain tersebut merupakan selendang kesukaan Mbok Rondo. Bawang Putih tidak dapat menggapai selendang tersebut. Arus sungai membawanya lebih cepat dari pada yang dia kira. Ibu tirinya akan sangat marah mengetahui bahwa selendang favoritnya telah hilang. Akan tetapi, Bawang Putih harus menceritakannya.

Jelas saja, Mbok Rondo murka mendengar pakaian kesukaanya hilang hanyut di sungai. Mbok Rondo tak segan menampar Bawang Putih atas kecerobohannya tersebut. Bawang Putih pun diancam diusir dari rumahnya jika tidak menemukan kembali pakaian kesukaan ibu tirinya tersebut. Bergegas, Bawang Putih langsung menyusuri sungai untuk mencari pakaian tersebut. Bawang Putih bertanya kepada setiap orang yang dia temui, namun mereka tidak melihat ada pakaian hayut di sungai. Hari semakin sore, Bawang Putih masih tetap berjalan menyusuri tepi sungai berharap dia menemukan pakaian tersebut.

Setelah beberapa jam berjalan, dia bertemu dengan seorang wanita tua wanita tua yang sedang mencuci beras di pinggir sungai. Bawang Putih mulanya takut bertanya kepada wanita tua tersebut, karena penampilanya yang sangat menyeramkan. Namun Bawang Putih harus menemukan pakaian ibu tirinya tersebut. Dia tidak menemukan pilihan lain lagi kecuali bertanya pada wanita tua tersebut.

"Maaf nek, Apakah nenek melihat pakaian hayut di sungai ini", Bawang Putih bertanya dengan takut.

"Mmmm.. Pakaian ya. Apakah pakaian yang kau cari berwarna merah dengan corak kembang-kembang?" Tanya nenek menyeramkan tersebut.

"Iya.. iya.. nek. Itu pakaian yang saya cari." Jawab Bawang Putih bahagia.

"Datanglah ke rumah nenek, sayang. Hari sudah mulai gelap. Ayoo.." Nenek itu barkata.

Bawang putih pun menuruti perkataan Nenek tersebut untuk pergi dan menginap semalam di rumahnya yang tidak jauh dari sungai. Alangkah terkejutnya Bawang Putih melihat rumah nenek tersebut sangat kotor dan berantakan. Dia kemudian memutuskan untuk tinggal beberapa hari bersama Nenek tersebut dan membantunya melakukan pekerjaan sehari-hari. Dengan rajin, Bawang Putih memberihkan rumah, mencucikan baju, dan juga memasak. Nenek tersebut senang, masih ada orang baik yang mau membantunya. Setelah beberapa hari berlalu, Bawang Putih pun memutuskan untuk pulang karena takut Ibu tirinya semakin marah.

"Nek, sebenarnya saya ingin tinggal lebih lama di sini, tapi saya harus pulang. Saya harus mengembalikan selendang ini ke ibu tiri saya. Saya takut dia marah, Nek." Kata Bawang Putih.

"Baiklah nak, nenek mengerti. Karena kamu sudah baik membantu Nenek di sini. Ambil lah salah satu dari ke dua labu kuning ini sebagai hadiah." Pinta Nenek.

Awalnya, Bawang Putih ingin menolak pemberian Nenek tersebut karena ia pikir labu tersebut merupakan simpanan makanan nenek. Namun, pikir Bawang Putih, tidak lah baik menolak pemberian orang. Akirnya dia mengambil labu paling kecil dari dua labu yang ada. Kemudian dia pamit kepada nenek tua tersebut dan pulang ke rumah.

Setibanya di rumah, Bawang Putih pun memberikan pakaian tersebut ke ibu tirinya. Ibu tirinya tetap saja marah. Mungkin karena Bawang Putih tidak kembali selama beberapa hari. Ibu tirinya tersebut pun langsung menyuruhnya untuk ke dapur untuk menyiapkan makanan. Teringat dengan labu yang diberikan oleh Nenek, Bawang Putih pun berencana untuk memasak labu tersebut. Bawang Putih sangat terkejut ketika dia membelah labu menjadi dua. Dia menemukan emas, berlian, dan permata di dalam labu tersebut. Mbok Rono dan Bawang Merah yang melihat kejadian itu langsung merebut paksa perhiasan di tangan Bawang Putih.

"Hey, Bawang Putih! Ceritakan dari mana kamu mendapatkan perhiasan sebanyak ini!" Tanya Mbok Rondo dengan nada memaksa.

Bawang putih menceritakan semuanya kepada Mbok Rondo dan Bawang Merah. Mendengar cerita tersebut, Mbok Rondo meminta Bawang Merah untuk melakukan hal yang sama dengan Bawang Putih. Esok harinya, Bawang Merah pun pergi ke rumah nenek di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun dia mengerjakan sesuatu, hasilnya tidak pernah bagus karena Bawang Merah mengerjakannya dengan asal-asalan. Akhirnya setelah satu minggu, Bawang Merah meminta pulang.

“Hey nek, saya telah menolong mu. Saya ingin pulang sekarang. Bisakah kamu memberiku labu kuning besar di sana sebagai hadiah karena telah menolong mu.” Pinta Bawang Merah.

Nenek itu kemudian memberikan labut tersebut kepada Bawang Merah. Dengan cepat dia mengambil labu tersebut dan tanpa berpamitan Bawang Merah melenggang pergi dan pulang kerumah. Sesampainya di rumah bawang merah segera memperlihatkan labu tersebut kepada ibunya. Mereka sangat bahagia. Dengan segera, mereka memotong labu tersebut menjadi dua bagian berharap menemukan lebih banyak perhiasan di labu yang ini dari pada di labu yang sebelumnya. Mereka sangat terkejut, tidak ada emas, tidak ada berlian, atau pun perhiasan. Malahan, binatang-binatang berbisa seperti ular dan kalajengking berhamburan keluar dari dalam. Binatang-binatang tersebut menyerang mereka hingga mereka tewas

Akhirnya, Bawang Putih berhasil mendapatkan kembali semua perhiasan emas, berlian, dan permata yang telah di rampas oleh ibu tirinya tersebut. Bawang Putih menggunakan perhiasan-perhiasan tersebut untuk menghidupi dirinya. Pada akhirnya, Bawang Putih hidup bahagia untuk selama-lamanya.