Saat
pasir tempatmu berpijak pergi ditelan ombak, akulah lautan yang memeluk
pantaimu erat
Melukiskanmu
saat senja. Memanggil namamu ke ujung dunia. Tiada yang lebih pilu. Tiada yang
menjawabku. Selain hatiku dan ombak berderu.Jingga
di bahumu. Malam di depanmu. Dan bulan siaga sinari langkahmu. Teruslah
berjalan. Teruslah melangkah. Kutahu kau tahu. Aku ada
Aku
sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta.
Bertambahnya
usia bukan berarti kita paham segalanya.
Sekejap
bersamamu menjadi tujuan peraduanku, sekali mengenalimu menjadi tujuan hidupku.
Aku
memandangimu tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu tanpa perlu alat. Aku
menemuimu tanpa perlu hadir. Aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa, karena kini
kumiliki segalanya.
Carilah
orang yang nggak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan
segala-galanya.
Bintang
yang sama tidak akan pernah jatuh untuk kedua kalinya.
Dia
mencintai tidak cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat
cinta, tidak cuma rayuan gombal, tapi fakta. Dia cinta kamu tanpa pilihan.
Seumur hidupnya.
Rasa
hangat ketika kedua tubuh bertemu, rasa lengkap ketika dua jiwa mendekat, rasa
rindu yang tuntas ketika kedua pasang mata menatap.
Semua
perjalanan hidup adalah sinema. Bahkan lebih mengerikan. Darah adalah darah,
dan tangis adalah tangis. Tak ada pemeran pengganti yang akan menanggung
sakitmu.
Rasakan
semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih,
segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada dini
hari yang hening. Bening. Apa adanya.
di dedikasihkan buat yang tercinta.
No comments:
Post a Comment